1. Model Konseptualisasi Masalah dari Swensen
Model konseptual masalah dari Swensen merupakan model awal dalam bidang
asesmen masalah. Secara teoretik, dalam mengembangkan modelnya itu
Swensen diilhami oleh pemikiran Lewin (1951) dan Pascal (1959). Model
konseptualisasi Swensen didasarkan pada formula berikut :
Perilaku bermasalah; hasil atau akibat yang tidak diinginkan = fungsi dari derajat stres perilaku, kebiasaan, pertahanan ego maladaptive di banding dengan dukungan, kekuatan dan kebiasaan dan pertahanan adaptif.
2. Model Konseptualisasi Masalah dari Seay
Model konseptualisasi masalah dari Seay (1978) mengintegrasikan teknik
konseling dan isi tematik. Model ini didasarkan pada tema hidup utama
(dan gaya hidup) yang ditarik dari tiga modalitas utama fungsi manusia
yaitu: kognisi (pikiran), afeksi (perasaan, emosi), dan perilaku
(tindakan, kinerja), yang diberi akronim “CAB.”
3. Model Konseptualisasi Masalah dari Lazarus
Lazarus (1976, 1981) menyatakan adanya tujuh modalitas yang dapat
dijadikan sebagai fokus asesmen masalah klien. Ketujuh modalitas
tersebut dinyatakan dalam akronim “BASIC ID” dan terdiri atas: perilaku
(behavior), emosi (affect), sensasi (sensation), imajeri (imagery),
kognisi (cognition), relasi interpersonal (interpersonal), dan tampila
fisik (drug). Setiap modalitas tersebut berinteraksi satu sama lain dan
tidak dapat dipisahkan.
4. Model Konseptualisasi Masalah dari ABC
Konseptualisasi perilaku ABC adalah suatu pendekatan untuk
mengidentifikasi hubungan antara perilaku bermasalah dan peristiwa
lingkungan. ABC adalah akronim dari Antecedent (anteseden) atau
pristiwa-peristiwa yang mendahului atau ada sebelum perilaku, Behavior
(perilaku), dan Consequences (konsekuensi) atau peristiwa-peristiwa yang
mengikuti perilaku dan berpotensi mempertahankannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar