Sabtu, 12 Mei 2012

OTAK KIRI DAN OTAK KANAN Mei 13, 2009
Posted by ekojuli in HOT NEWS.
Tags: analisis, kelebihan otak kanan, kelebihan otak kiri, kreatifitas, otak, otak kanan, otak kiri, test otak kanan, test otak kiri
trackback

Seseorang yang ‘hebat’ secara akademis, pada umumnya sangat kuat dalam logika, kata, daftar, angka, linieritas, analisis, dan sejenisnya. Menurut Tony Buzan (Use Your Head: 1993): hasil aktivitas otak kiri manusia.

Adapun otak kanan lebih berkaitan menangani irama, imajinasi, warna, angan-angan, kesadaran ruang, gambaran menyeluruh dan dimensi. Belakangan berkumandang anjuran, jangan hanya memanfaatkan otak kiri, otak kanan juga dong.

Konon, para ilmuwan hebat memanfaatkan otak kiri. Para seniman kuat di otak kanan. Mana tahu, Sampeyan hebat memanfaatkan otak kiri, canggih membedayakan otak kiri. Piawai menghitung fulus fasih berimajinasi. Mana tahu lho.

Setiap manusia memiliki kecenderungannya masing2 dalam penggunaan otak kanan atau otak kiri, baik sadar ataupun dibawah sadarnya. Hal ini bergantung pada banyak faktor yang mempengaruhinya sejak masih kecil bahkan sejak dalam kandungan. Kecenderungan berpikir dengan otak kanan ataupun kiri merupakan hasil dari suatu proses yang sangat panjang dan yang tak boleh kita lupakan adalah kecenderungan ini adalah suatu berkah ciptaan Allah, Sang Maha Pencipta.

Dikarenakan kedua kecenderungan berpikir ini, baik dengan otak kanan maupun dengan otak kiri merupakan ciptaan Allah, maka ada baiknya kita masing2 membuka diri untuk menyelami dan menghayati keperbedaan ini, dengan sikap yang positif.

Untuk memahami fungsi otak kita, saya coba uraikan sebagai berikut:
Otak kanan — KREATIF — Bentuk, Intuisi, Lagu &musik, Warna warni, Simbol, Gambar, Imajinasi, Menghayal

Otak kiri – ANALITIK — Bahasa verbal, Matematika, Logika, Angka2, Urutan2, Penilaian, Analisis, Linier

Dari penjabaran diatas, kita dapat simpulkan betapa perbedaan “bahasa” diantara kedua sisi otak kita adalah tidak sama. Seorang yang memilih jurusan, profesi atau pekerjaan berdasarkan kemampuan otaknya dalam mencerna “bahasa” pikiran, tentunya telah terbiasa menggunakan bagian otaknya (kanan atau kiri) sehingga bagian tersebut lebih banyak berperan dalam kehidupannya sehari-hari. Sehingga adalah kurang tepat, bila serta merta seorang seniman musik dipaksakan bekerja untuk menghitung angka2, rumus2 dan analisa. Demikian juga sebaliknya, adalah kurang tepat bila serta merta seorang financial analisis dipaksakan bekerja untuk hal2 yang bebahasa symbol, imajinasi dan gambar abstrak.
Selayaknya kita menganggap kecenderungan ini bukan sebagai suatu kelemahan, tapi justru menjadi suatu kelebihan pada tiap individu. Kelebihan yang bila diolah dengan baik akan menghasilkan KEKUATAN dalam diri individu itu sendiri. .

Bayangkan bila kedua kekuatan ini dapat digunakan secara adil, seimbang dan harmonis dalam suatu frame kehidupan atau kemitraan, akan menjadi suatu kekuatan yang luar biasa, karena tentunya bisa saling mengisi dan saling melengkapi. Penyeimbangan antar kedua fungsi otak kanan dan kiri inilah yang akan memberikan kontribusi pemikiran yang lebih baik daripada pemikiran yang hanya condong pada satu sisi otak saja. Namun sebagai individu yang berbeda, tentunya kendala2 pemahaman “bahasa otak” akan sedikit mengalami adaptasi, dan hal ini dapat diatasi bila kedua pihak saling bertoleransi dan berpikiran positif.

Berikut ini tip atau cara mengetahui apakah anda cenderung menggunakan otak kiri atau otak kanan.

Rentangkan dua tangan anda keatas seperti ini :

Kemudian lakukan suatu gerakan hingga kedua tangan seperti dibawah ini:

Coba anda perhatikan jempol tangan kiri dan tangan anda berada dimanakah?


Jika “jempol tangan kiri” anda berada paling atas (dipuncak) maka selamat anda telah bertipe “otak kanan”

Sebaliknya jika “jempol tangan kanan” anda berada diatas (dipuncak) maka maka selamat anda telah bertipe “otak kiri”

Selamat mencoba!!

Otak Kanan Vs Otak Kiri

Kedua belahan otak penting artinya. Orang yang memanfaatkan kedua belahan otak ini secara simbang, maka belajar terasa sangat mudah karena mereka mempunyai pilihan untuk menggunakan bagian otak yang diperlukan dalam setiap pekerjaan yang sedang dihadapi. Orang yang masuk dalam kategori otak kiri dan ia tidak melakukan upaya tertentu memasukkan beberapa aktivitas otak kanan dalam hidup kita, ketidak seimbangan tersebut dapat mengakibatkan orang tersebut stress dan juga kesehatan mental dan fisik yang buruk. Kita dapat menggunakan beberapa strategi untuk menyeimbangkan fungsi belahan otak kiri dan belahan otak kanan. Menyeimbangkan di sini tentu berarti membuat kedua belahan otak tersebut berfungsi ketika kita melakukan sesuatu. Strartegi yang dapat kita gunakan seperti menggunakan musik dalam melakukan aktifitas berpikir, serta berolahraga teratur.

Yang terpenting dalam kedua teknik tersebut adalah memunculkan keadaan yang relaks. Karena dengan keadaan relaks tersebut akan membuat koneksi atau hubungan antara kedua belahan otak menjadi cepat. Hal ini dapat kita lihat pada pemikir-pemikir bagaimana mereka menemukan ide dan inspirasi yang menghasilkan teori dan penemuan. Pada saat logika proses mengalami kemandegan, maka relaksasi dari sebuah kerja yang serius pun diperlukan. Enstein telah menulis banyak ide terbaik yang datang ketika bermimpi atau sedang bercukur. Seorang pemain drama terkenal Yunani, Euripides, ketika berendam dalam bak mandi, menemukan displacement teori. Newton, menemukan bayak ide-ide hebat ketika bermanja dalam kasih sayang ibunya. Dalam contoh-contoh di atas insight tidak datang pada saat konsentrasi penuh pada apa yang kita pikirkan, walaupun tahap berpikir focus merupakan hal yang penting untuk perisapan berpikir. Hal ini memberikan gambaran pada kita pentingnya belahan otak kanan pada kehidupan manusia.

Menggunakan Musik
Musik tentunya adalah sesuatu yang dekat dengan kehidupan manusia. Musik merupakan ekspresi perasaan manusia, sehingga biasanya manusia menyukai musik karena hal itu seperti merefleksikan perasaannya, dan hal itu membuat manusia menjadi senang, dan nyaman. Hal inilah yang mungkin membuat manusia menyukai musik dan menjadikan musik bagian dari kehidupannya.

Untuk menyeimbangkan kecenderungan masyarakat terhadap otak kiri, perlu dimasukkan musik dan estetika dalam pengalaman belajar kita, dan memberikan umpan balik positif bagi diri kita. Semua itu menimbulkan emosi positif, yang membuat otak kita lebih efektif. Emosi yang positif mendorong ke arah kekuatan otak, yang berujung kepada keberhasilan, sehingga kita memperoleh kehormatan diri yang lebih tinggi, yang membuat emosi menjadi lebih positif.

Dalam belajar misalnya, kita dapat berpikir sambil mendengarkan musik yang memang kita sukai. Dengan kita mendengarkan musik yang kita sukai membuat kita merasa senang, relaks sehingga merangsang fungsi belahan otak kanan, yang akan sangat membantu dalam proses belajar yang menggunakan belahan otak kiri.

Membiasakan Berolah raga
Cobalah eksperimen kecil ini. Berikanlah pertanyaan ini kepada teman kita”apa maksudnya ketika kita berkata fakta adalah cara mempermudah memahami pengetahuan”. Apakah mata teman kita bergerak ke kanan? Jika ya, maka berikanlah pertanyaan “bayangkanlah rumahmu dan hitunglah berapa jumlah jendela yang ada?”. Apakah matanya melihat kearah kiri ?. pada umumya, terutama pada orang-orang yang menggunakan tangan kanannya, sesunguhnya ia mengaktifkan fungsi belahan otak kiri (berhubungan dengan bahasa), maka akan dibarengi oleh aktifitas tubuh bagian kanan atau yang berorientasi pada bagian kaanan. Ketika belahan otak kanan berfungsi (berhubungan dengan gambar, atau tugas-tugas yang berhubungan dengan ruang) maka akan dibarengi oleh aktifitas tubuh bagian kiri.

Eksperimen di atas memberikan gambaran adanya koneksi atau hubungan antara belahan otak kiri dengan tubuh bagian kanan, dan belahan otak kanan dengan tubuh bagian kiri. Agar otak kita dapat berfungsi secara optimal dalam arti kita memfungsikan kedua belahan otak tersebut, maka penting sekali kiranya kita terbiasa menggerakan kedua bagian tubuh kita dengan sama baiknya. Misalnya tidak selalu menulis dengan tangan kanan, dan sama sekali tidak memberikan latihan pada tangan kiri untuk beraktifitas. Menggerakkan seluruh angota tubuh baik pada bagian kanan, mapun pada bagian kiri akan terasa mudah apabvila itu dilakukan dalam konteks berolahraga. Senam misalnya, merangsang seluruh bagian tubuh untuk bergerak dan hal baik untuk otak karena merangsang berfungsinya kedua belahan otak, baik otak kiri, maupun otak kanan.

Penutup
Menyeimbangkan kerja kedua belahan otak tentunya tidak sama dengan menggunakannya separuh-separuh dalam setiap pekerjaan, akan tetapi artinya mengaktifkan kedua belahan otak pada saat mengerjakan suatu pekerjaan. Menyeimbangkan belahan otak kanan dan belahan otak kiri ini, menjadi penting karena dalam kehidupan sehari-hari kita selalu dihadapkan pada suatu tugas yang beragam, yang menuntut kerja otak yang melibatkan seluruh belahan otak. Sekarang bagaimanakah cara kita menyeimbangkan kerja belahan otak kiri dan belahan otak kanan. Pertama yang perlu diingat adalah bahwa, kedua belahan otak yang kita memiliki tidak merupakan bagian yang terpisah, akan tetapi terdapat hubungan (koneksi) antara kedua belahan otak tersebut.

Terdapat dua cara yang dapat kita lakukan untuk menyeimbangkan kerja kedua belahan otak kita, pertama ciptakan sebuah kondisi yang nyaman, relaks sehingga otak dapat bekerja secara lepas dan bebas. Hal ini dapat kita lakukan dengan mengerjakan sesuatu sambil mendengarkan musik yang kita sukai. Kedua, untuk dapat menyeimbangkan kerja kedua belahan otak kita, olah raga merupakan alternatif yang sangat baik. Pertama, karena olah raga membuat fisik kita lebih sehat, dan kedua adalah karena dengan berolahraga kita membiasakan menggerakan seluruh anggota badan kita baik, bagian kiri, maupun bagian kanan dengan kecepatan yang tinggi. Pada era sekarang, orang mulai tidak terlalu mendudukan otak kiri lebih dari otak kanan. Orang semakin percaya kedua belahan otak tersebut bukanlah merupakan sesuatu yang lebih tinggi dari yang lain akan tetapi memiliki fungsi yang sama pentingnya. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana menyeimbangkan kedua belahan otak tersebut sehingga kerja otak itu lebih optimal.

Pandangan Ki Hadjar Dewantara

3 Pandangan Hidup Ki Hajar Dewantara Yang Menjadi Semboyan Taman Siswa
Posted: December 17th, 2011 | Author: Rangga Aradea | Filed under: Pendidikan | 0 Comments dan 0 Reactions

3 Pandangan Hidup Ki Hajar Dewantara Yang Menjadi Semboyan Taman Siswa – Siapa yang tidak tahu dengan Ki Hajar Dewantara, tokoh pelopor pendidikan di Indonesia yang telah mempelopori pendidikan untuk pribumi dari mulai penjajahan belanda ini. Ki Hajar mempelopori pendidikan dengan mendirikan sekolah dengan nama Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa yang sekarang lebih dikenal dengan nama Tamana Siswa saja. Taman siswa merupakan suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.
3 Pandangan Hidup Ki Hajar Dewantara Yang menjadi semboyan Taman siswa

3 Pandangan Hidup Ki Hajar Dewantara Yang menjadi semboyan Taman siswa sangat terkenal hingga sekarang yaitu : “ing ngarso sung tulodo, ing madyo mbangun karso, tut wuri handayani” (“di depan menjadi teladan, di tengah membangkitkan semangat, dari belakang mendukung”). semboyan ini juga memiliki pengetian sebagai berikut :


Ing Ngarso Sun Tulodo
artinya Ing ngarso itu didepan / dimuka, Sun berasal dari kata Ingsunyang artinya saya, Tulodo berarti tauladan. Jadi makna Ing Ngarso Sun Tulodo adalah menjadiseorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi orang – orang disekitarnya.Sehingga yang harus dipegang teguh oleh seseorang adalah kata suri tauladan.

Ing Madyo Mbangun Karso
Ing Madyo artinya di tengah-tengah, Membangun berartimembangkitan atau menggugah dan Karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Jadimakna dari kata itu adalah seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampumembangkitkan atau menggugah semangat . Karena itu seseorang juga harus mampumemberikan inovasi-inovasi dilingkungannya dengan menciptakan suasana yang lebih kodusif untuk keamanan dan kenyamanan

Tut Wuri Handayani
artinya mengikuti dari belakang dan handayani berati memberikandorongan moral atau dorongan semangat. Sehingga artinya Tut Wuri Handayani ialahseseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Doronganmoral ini sangat dibutuhkan oleh orang – orang disekitar kita menumbuhkan motivasi dansemangat.

Sabtu, 05 Mei 2012

Pendidikan Nasional

PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA TENTANG PENDIDIKAN
Oleh Br. Theo Riyanto, FIC


Pada jaman kemajuan teknologi sekarang ini, sebagian besar manusia dipengaruhi perilakunya oleh pesatnya perkembangan dan kecanggihan teknologi (teknologi informasi). Banyak orang terbuai dengan teknologi yang canggih, sehingga melupakan aspek-aspek lain dalam kehidupannya, seperti pentingnya membangun relasi dengan orang lain, perlunya melakukan aktivitas sosial di dalam masyarakat, pentingnya menghargai sesama lebih daripada apa yang berhasil dibuatnya, dan lain-lain.

Seringkali teknologi yang dibuat manusia untuk membantu manusia tidak lagi dikuasai oleh manusia tetapi sebaliknya manusia yang terkuasai oleh kemajuan teknologi. Manusia tidak lagi bebas menumbuhkembangkan dirinya menjadi manusia seutuhnya dengan segala aspeknya. Keberadaan manusia pada zaman ini seringkali diukur dari “to have” (apa saja materi yang dimilikinya) dan “to do” (apa saja yang telah berhasil/tidak berhasil dilakukannya) daripada keberadaan pribadi yang bersangkutan (“to be” atau “being”nya). Dalam pendidikan perlu ditanamkan sejak dini bahwa keberadaan seorang pribadi, jauh lebih penting dan tentu tidak persis sama dengan apa yang menjadi miliknya dan apa yang telah dilakukannya. Sebab manusia tidak sekedar pemilik kekayaan dan juga menjalankan suatu fungsi tertentu. Pendidikan yang humanis menekankan pentingnya pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu manusia lebih manusiawi, lebih berbudaya, sebagai manusia yang utuh berkembang (menurut Ki Hajar Dewantara menyangkut daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif)). Singkatnya, “educate the head, the heart, and the hand !”

Di tengah-tengah maraknya globalisasi komunikasi dan teknologi, manusia makin bersikap individualis. Mereka “gandrung teknologi”, asyik dan terpesona dengan penemuan-penemuan/barang-barang baru dalam bidang iptek yang serba canggih, sehingga cenderung melupakan kesejahteraan dirinya sendiri sebagai pribadi manusia dan semakin melupakan aspek sosialitas dirinya. Oleh karena itu, pendidikan dan pembelajaran hendaknya diperbaiki sehingga memberi keseimbangan pada aspek individualitas ke aspek sosialitas atau kehidupan kebersamaan sebagai masyarakat manusia. Pendidikan dan pembelajaran hendaknya juga dikembalikan kepada aspek-aspek kemanusiaan yang perlu ditumbuhkembangkan pada diri peserta didik.

Ki Hajar Dewantara, pendidik asli Indonesia, melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Dan ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi.

Dari titik pandang sosio-anthropologis, kekhasan manusia yang membedakannya dengan makhluk lain adalah bahwa manusia itu berbudaya, sedangkan makhluk lainnya tidak berbudaya. Maka salah satu cara yang efektif untuk menjadikan manusia lebih manusiawi adalah dengan mengembangkan kebudayaannya. Persoalannya budaya dalam masyarakat itu berbeda-beda. Dalam masalah kebudayaan berlaku pepatah:”Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.” Manusia akan benar-benar menjadi manusia kalau ia hidup dalam budayanya sendiri. Manusia yang seutuhnya antara lain dimengerti sebagai manusia itu sendiri ditambah dengan budaya masyarakat yang melingkupinya.

Ki Hajar Dewantara sendiri dengan mengubah namanya ingin menunjukkan perubahan sikapnya dalam melaksanakan pendidikan yaitu dari satria pinandita ke pinandita satria yaitu dari pahlawan yang berwatak guru spiritual ke guru spiritual yang berjiwa ksatria, yang mempersiapkan diri dan peserta didik untuk melindungi bangsa dan negara. Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar. Oleh karena itu, nama Hajar Dewantara sendiri memiliki makna sebagai guru yang mengajarkan kebaikan, keluhuran, keutamaan. Pendidik atau Sang Hajar adalah seseorang yang memiliki kelebihan di bidang keagamaan dan keimanan, sekaligus masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Modelnya adalah Kyai Semar (menjadi perantara antara Tuhan dan manusia, mewujudkan kehendak Tuhan di dunia ini). Sebagai pendidik yang merupakan perantara Tuhan maka guru sejati sebenarnya adalah berwatak pandita juga, yaitu mampu menyampaikan kehendak Tuhan dan membawa keselamatan.

Manusia merdeka adalah tujuan pendidikan Taman Siswa. Merdeka baik secara fisik, mental dan kerohanian. Namun kemerdekaan pribadi ini dibatasi oleh tertib damainya kehidupan bersama dan ini mendukung sikap-sikap seperti keselarasan, kekeluargaan, musyawarah, toleransi, kebersamaan, demokrasi, tanggungjawab dan disiplin. Sedangkan maksud pendirian Taman Siswa adalah membangun budayanya sendiri, jalan hidup sendiri dengan mengembangkan rasa merdeka dalam hati setiap orang melalui media pendidikan yang berlandaskan pada aspek-aspek nasional. Landasan filosofisnya adalah nasionalistik dan universalistik. Nasionalistik maksudnya adalah budaya nasional, bangsa yang merdeka dan independen baik secara politis, ekonomis, maupun spiritual. Universal artinya berdasarkan pada hukum alam (natural law), segala sesuatu merupakan perwujudan dari kehendak Tuhan. Prinsip dasarnya adalah kemerdekaan, merdeka dari segala hambatan cinta, kebahagiaan, keadilan, dan kedamaian tumbuh dalam diri (hati) manusia. Suasana yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang berprinsip pada kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cintakasih dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Maka hak setiap individu hendaknya dihormati; pendidikan hendaknya membantu peserta didik untuk menjadi merdeka dan independen secara fisik, mental dan spiritual; pendidikan hendaknya tidak hanya mengembangkan aspek intelektual sebab akan memisahkan dari orang kebanyakan; pendidikan hendaknya memperkaya setiap individu tetapi perbedaan antara masing-masing pribadi harus tetap dipertimbangkan; pendidikan hendaknya memperkuat rasa percaya diri, mengembangkan hara diri; setiap orang harus hidup sederhana dan guru hendaknya rela mengorbankan kepentingan-kepentingan pribadinya demi kebahagiaan para peserta didiknya. Peserta didik yang dihasilkan adalah peserta didik yang berkepribadian merdeka, sehat fisik, sehat mental, cerdas, menjadi anggota masyarakat yang berguna, dan bertanggungjawab atas kebahagiaan dirinya dan kesejahteraan orang lain. Metode yang yang sesuai dengan sistem pendidikan ini adalah sistem among yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh (care and dedication based on love). Yang dimaksud dengan manusia merdeka adalah seseorang yang mampu berkembang secara utuh dan selaras dari segala aspek kemanusiaannya dan yang mampu menghargai dan menghormati kemanusiaan setiap orang. Oleh karena itu bagi Ki Hajar Dewantara pepatah ini sangat tepat yaitu “educate the head, the heart, and the hand”.

Guru yang efektif memiliki keunggulan dalam mengajar (fasilitator); dalam hubungan (relasi dan komunikasi) dengan peserta didik dan anggota komunitas sekolah; dan juga relasi dan komunikasinya dengan pihak lain (orang tua, komite sekolah, pihak terkait); segi administrasi sebagai guru; dan sikap profesionalitasnya. Sikap-sikap profesional itu meliputi antara lain: keinginan untuk memperbaiki diri dan keinginan untuk mengikuti perkembangan zaman. Maka penting pula membangun suatu etos kerja yang positif yaitu: menjunjung tinggi pekerjaan; menjaga harga diri dalam melaksanakan pekerjaan, dan keinginan untuk melayani masyarakat. Dalam kaitan dengan ini penting juga performance/penampilan seorang profesional: secara fisik, intelektual, relasi sosial, kepribadian, nilai-nilai dan kerohanian serta mampu menjadi motivator. Singkatnya perlu adanya peningkatan mutu kinerja yang profesional, produktif dan kolaboratif demi pemanusiaan secara utuh setiap peserta didik.

Akhirnya kita perlu menyadari bahwa tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia muda. Pendidikan hendaknya menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi, berguna dan berpengaruh di masyarakatnya, yang bertanggungjawab atas hidup sendiri dan orang lain, yang berwatak luhur dan berkeahlian.

Analisis Masalah


A.Kasus Cerin

Cerin adalah seorang wanita berusia 19 tahun yang datang kepada konselor dan menyatakan bahwa ia sakit hati, kecewa, dan sangat membenci pacarnya. Selama proses wawancara konseling raut muka Cerin tampak menyimpan amarah dan terkadang meneteskan air matanya. Berbicaranya dengan tergopoh-gopoh dan seringkali menarik nafas panjang. Menurut ceritanya pada saat wawancara konseling ternyata pacarnya selingkuh. Setelah 2,5 tahun menjalin hubungan ternyata kandas karena suatu penghianatan. Cerin sangat terpukul dengan kejadian itu. Dia jadi kehilangan nafsu makan, mengalami gangguan tidur, berat badan turun, tidak konsen kuliah dan IP-nya turun drastis serta setiap harinya suka melamun dan mendengarkan lagu-lagu yang sedih. Hanya itu pelampiasan yang bisa dia lakukan. Namun  Dia tidak menyangka kekasihnya yang selama itu dipercaya dan dicintai dengan sepenuh hati ternyata tega menghianatinya. Dia mengatakan sangat menyesal mengapa selama itu dia terlalu percaya sama pacarnya. Dia berperasngka selama itu sering dibohongi oleh pacarnya. Cerin mengakui bahwa dia sangat mencintai pacarnya tetapi dia ingin secepatnya melupakannya karena semakin sakit kalau ingat dia dan melihat kenyataan seperti sekarang ini. Cerin merasa tidak terima diperlakukan seperti itu oleh pacarnya, oleh karena itu setiap kali teringat pacarnya, dia selalu mengirim pesan baik kepada pacar dan wanita selingkuhannya dengan kata-kata kasar dan tidak baik. Apalagi kalau dia bertemu dengan pacarnya itu, memang jantungnya berdebar-debar, tubuhnya gemetar namun semakin sakit hatinya dan bersikap agresif seperti memukul, menampar, merusak hpnya sambil mengolok-oloknya. ‘’ Sakit sekali rasanya hati ini ‘’, kata-kata itu yang sering diucapkan oleh Cerin.. Pacarnya selalu diam kalau Cerin mencaci makinya namun wanita itu membuat suasana hati Cerin semakin panas karena dia tidak bisa mengakui kesalahannya bahwa dialah wanita yang menyebabkan hancurnya hubungan mereka tetapi malah menyalahkan Cerin yang tidak bisa menjaga dengan baik kekasihnya. Apa yang disampaikan wanita itu semakin membuat emosi Cerin memuncak.
Sebenarnya Cerin adalah sosok wanita yang lembut, baik, bicaranya sopan kepada siapapun tanpa menyakiti perasaan orang lain, sabar, suka memaafkan, suka mengalah dengan yang lain kini berubah menjadi wanita yang keras, tidak bisa mengontrol emosi, suka mencaci maki dan sebagainya. Untung saja dia masih mempunyai iman dalam hatinya, mungkin disaat frustasi karena dihianati pacaranya dia bisa bunuh diri. Cerin mengakui tiap kali dirinya dikuasai oleh emosi dia segera shalat dan mengaji agar hatinya menjadi tenang. Dia bisa kuat dan masih bisa berdiri tegak sampai sekarang karena dia yakin Tuhan senantiasa ada bersamanya. Dia  mempunyai orang tua yang sangat menyayangi dan memberikan perhatian penuh kepadanya, dan teman-temannya yang mendukung, menghibur dan memberikan semangat kepadanya serta konselor yang senantiasa memberikan penguatan sehingga Cerin bisa menyadari bahwa bukan hanya pacar yang bisa membuat hidupnya bahagia. Selain itu keluarga dari pacarnya yang senantiasa mendukungnya agar konsentrasi saja dengan kuliah. Tiap kali dalam pikirannya terlintas pacarnya, Cerin dengan cepat menyadarkan dirinya dan men-stopnya dan beralih memikirkan hal yang lain. Cerin bisa lebih konsentrasi terhadap kuliahnya dan semangatnya tinggi untuk meraih mimpi-mimpinya. Namun dengan kejadian seperti itu, sekarang Cerin sulit percaya dengan laki-laki dan sulit untuk membuka hatinya buat laki-laki lain. Dia tidak ingin pacaran dulu untuk saat ini karena masih trauma dengan masa lalunya. Andai kata akan menjalin hubungan lagi dengan pria lain dia tidak mau mencintai dengan sepenuh hati karena takut dikecewakan seperti sebelumnya. Begitu juga bila pacarnya kembali kepadanya dia yidak bisa lagi percaya sepenuhnya kepad dia dan akan berperasngka kalau dia akan selingkuh lagi. Dia memiliki keyakinan bahwa suatu saat Tuhan akan meghadirkan jodoh yang terbaik buat hidupnya. Mungkin pacarnya tidak baik buat dirinya, oleh sebab itu Tuhan menghendaki agar mereka putus. Dengan keyakinan seperti itulah yang membuat dia bisa menerima semua yang telah terjadi.

B.  Model Konseptualisasi Masalah

1.        Model Konseptualisasi Masalah dari Swensen

Perilaku Menyimpang
Tekanan
Kebiasaan Maladaptif
·      Prestasi belajar rendah
·      Bersikap agresif kepada pacar
·       Tidak bisa mengontrol emosi
·      Suka mencaci maki dan berkata kasar
·      Berpikiran negative kepada semua pria

·       Pacar yang selingkuh
·       Selingkuhan pacar yang semakin membuat keadaan menjadi panas

·  Setiap kali bertemu pacarnya dia marah dan mencaci makinya
·  Disaat ingat pacarnya dia menjadi murung dan rasanya ingin marah-marah
·  Tidak nafsu makan disaat ada masalah
·  Mengalami gangguan tidur
Dukungan
Potensi
Kebiasaan Adaptif
·  Orang tua yang sangat sayang dan perhatian
· Teman yang mendukung, menghibur dan member semangat
· Keluarga pacar yang mendukung
· Konselor bersedia membantu memecahkan masalah konseli
·       Cerin wanita yang baik,lembut,sopan
·       Cerin mampu membangkitkan semangat dirinya untuk menjadi lebih baik
·       Rajin beribadah dan mengaji
·       Rajin Kuliah
·    Meskipun ada masalah tetapi dia tetap rajin masuk kuliah
·    Mengerjakan tugas kuliah dengan lengkap
·    Secara umum dapat menampilkan dirinya dengan baik
·    Apabila dikuasai emosi, Cerin menenangkan dirinya dengan shalat dan mengaji




2.        Model Konseptualisasi Masalah dari Seay

Kemungkinan Lingkungan
Kesalahan Kognitif
Gangguan Afektif
Pola Perilaku
·      Orang tua yang menyayangi dan perhatian
·      Teman yang mendukung, menghibur, dan selalu member semangat
·      Keluarga pacar memberi dukungan
·      Konselor yang bersedia membantu
·      Pacar yang menghianati
·      Selingkuhan pacar yang selalu membuat suasana menjadi panas
·   Dia tidak menyangka kekasihnya yang selama itu dipercaya dan dicintai dengan sepenuh hati ternyata tega menghianatinya
·   Berfikir semua pria tidak bisa dipercaya
·   Menyalahkan diri sendiri kenapa terlalu percaya dan mencintainya
·   Belum bisa untuk membuka hati buat pria lain.
·   Tidak perlu mencintai pacar dengan sepenuh hati
·   Walaupun suatu hari nanti pacarnya kembali kepadanya ,Cerin tidak akan percaya lagi dan berperasangka dia akan selingkuh lagi
·  Merasa sakit hati, marah, kecewa, benci, terpukul
· Trauma dengan masa lalunya
· Tidak bisa mengontrol emosi
·   Saat wawancara konseling terkadang dia meneteskan air mata.
·   Berbicaranya dengan tergopoh-gopoh dan seringkali menarik nafas panjang
·   Kehilangan nafsu makan
·   Mengalami gangguan tidur
·   Setiap harinya suka melamun dan mendengarkan lagu-lagu yang sedih.
·   Mengirim pesan baik kepada pacar dan wanita selingkuhannya dengan kata-kata kasar dan tidak baik.
·   Ketika bertemu dengan pacarnya jantungnya berdebar-debar dan tubuhnya gemetar
·   Bersikap agresif kepada pacar seperti memukul, menampar, merusak hpnya sambil mencaci maki.
·   Tiap kali dirinya dikuasai oleh emosi dia segera shalat dan mengaji





3.        Model Konseptualisasi Masalah dari Lazarus

a.       Behavior
Saat wawancara konseling terkadang dia meneteskan air mata.
Berbicaranya dengan tergopoh-gopoh dan seringkali menarik nafas panjang
Kehilangan nafsu makan
Mengalami gangguan tidur
Setiap harinya suka melamun dan mendengarkan lagu-lagu yang sedih.
Mengirim pesan baik kepada pacar dan wanita selingkuhannya dengan kata-kata kasar dan tidak baik.
Ketika bertemu dengan pacarnya jantungnya berdebar-debar dan tubuhnya gemetar
Bersikap agresif kepada pacar seperti memukul, menampar, merusak hpnya sambil mencaci maki.
Tiap kali dirinya dikuasai oleh emosi dia segera shalat dan mengaji

b.      Afeksi :
ü Sakit hati, kecewa, dan sangat membenci pacarnya
ü Cerin sangat terpukul dengan kejadian tersebut
ü Tidak bisa mengontrol emosi
ü Trauma dengan masa lalunya

c.       Sensation :
ü Jantungnya  berdebar saat bertemu pacarnya
ü Tubuhnya gemetar saat beretmu pacarnya

d.      Imagery :
ü Berperasangka bahwa dia sering dibohongi oleh pacarnya
ü Walaupun suatu hari nanti pacarnya kembali kepadanya ,Cerin tidak akan percaya lagi dan berperasangka dia akan selingkuh lagi.

e.       Cognition :
ü Semua pria itu sama, tidak ada yang bisa dipercaya
ü Cinta di dunia tidak akan abadi jadi tidak perlu sepenuh hati mencintai pacar
ü Meskipun tanpa pacar dia bisa bahagia
ü Dia memiliki keyakinan bahwa suatu saat Tuhan akan meghadirkan jodoh yang terbaik buat hidupnya.
ü Mungkin pacarnya tidak baik buat dirinya, oleh sebab itu Tuhan menghendaki agar mereka putus.
ü Dia tidak menyangka kekasihnya yang selama itu dipercaya dan dicintai dengan sepenuh hati ternyata tega menghianatinya
ü Cerin ingin cepat melupakannya agar tidak terus merasa sakit hati.

f.       Interpersonal :
ü Hubungan dengan pacar tidak baik.
ü Hubungan dengan teman, orangtua, dan keluarga dari pacarnya sangat baik.

g.      Drug :
ü Badan tampak kurus
ü Kalau bicara tergopoh-gopoh
ü Penampilan tetap bersih dan rapi
ü Raut muka tampak menyimpan amarah


4.      Model Konseptualisasi Masalah ABC

a.      Antecedent :
ü Cerin ditinggalkan oleh pacarnya karena berpaling kepada wanita lain.

b.      Behavior
Afeksi :
ü Sakit hati, kecewa, dan sangat membenci pacarnya
ü Cerin sangat terpukul dengan kejadian tersebut
ü Tidak bisa mengontrol emosi
ü Trauma dengan masa lalunya

Somatik :
ü Jantungnya berdebar saat bertemu pacarnya
ü Tubuhnya gemetar saat beretmu pacarnya

Kognitif :
ü Semua pria itu sama, tidak ada yang bisa dipercaya
ü Dia tidak menyangka kekasihnya yang selama itu dipercaya dan dicintai dengan sepenuh hati ternyata tega menghianatinya
ü Cinta di dunia tidak akan abadi jadi tidak perlu sepenuh hati mencintai pacar
ü Cerin ingin cepat melupakannya agar tidak terus merasa sakit hati.
ü Meskipun tanpa pacar bisa bahagia
ü Dia memiliki keyakinan bahwa suatu saat Tuhan akan meghadirkan jodoh yang terbaik buat hidupnya.
ü Mungkin pacarnya tidak baik buat dirinya, oleh sebab itu Tuhan menghendaki agar mereka putus.


Perilaku :
ü  Saat wawancara konseling terkadang dia meneteskan air mata.
ü  Berbicaranya dengan tergopoh-gopoh dan seringkali menarik nafas panjang
ü  Kehilangan nafsu makan
ü  Setiap harinya suka melamun dan mendengarkan lagu-lagu yang sedih.
ü  mengirim pesan baik kepada pacar dan wanita selingkuhannya dengan kata-kata kasar dan tidak baik.
ü  Ketika bertemu dengan pacarnya hatinya berdebar-debar dan tubuhnya gemetar
ü  Bersikap agresif kepada pacar seperti memukul, menampar, merusak hpnya sambil mencaci maki.
ü  Tiap kali dirinya dikuasai oleh emosi dia segera shalat dan mengaji

c.       Consequences
ü Prestasi menurun
ü Tidak nafsu makan dan susah tidur sehingga berat badan turun
ü Hubungan dengan mantan pacar semakin tidak baik
ü Tidak bisa percaya lagi sepenuh hati kepada pria
ü Tidak mau lagi mencintai pria sepenuh hati
ü Mencoba untuk tidak berhubungan dulu dengan pria buat saat ini