Sabtu, 28 April 2012

Analisis Kasus Siswi Hamil


Analisis Kasus Siswi Hamil
Fenomena hamil diluar nikah menjadi sebuah keprihatinan tersendiri di kalangan masyarakat, khususnya pada dunia pendidikan yang tak jarang terjadi di sekolah. Ini memang gejala di dalam masyarakat akibat sosialisasi yang tak sempurna dan perubahan sosial yang begitu cepat dan belum bisa diimbangi dengan kecepatan masyarakatnya dalam mengikuti arus sosial tersebut. Kasus siswi hamil menyangkut kepentingan siswi dan orangtuanya di satu pihak serta kepentingan lembaga sekolah di pihak yang lain. Siswi dan orangtuanya dihadapkan pada pilihan antara anak yang masih remaja yang masih berkewajiban mempersiapkan diri untuk masa depannya dengan pilihan harus menghentikan (sementara) pendidikannya. Di pihak lain,sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai tugas mulia untuk mendidik generasi muda, membekali mereka dengan ilmu pengetahuan,ketrampilan maupun nilai-nilai kehidupan yang relevan, agar orang-orang muda tersebut berkembang menjadi orang dewasa yang sesuai harapan.
Siswi yang hamil ketika masih duduk di bangku sekolah akan mengalami keadaan disonansi kognitif karena  terjadi inkonsistensi atau ketidakselarasan pada unsur-unsur kognisinya. Akibat disonansi kognitif adalah ketidaknyamanan psikologis pada yang bersangkutan atau pada orang-orang di sekitarnya. Ketidaknyamanan ini dapat berbentuk perasaan malu, depresi, cemas, bingung, marah, dan sebagainya bahkan dapat mengakibatkan bunuh diri.
Siswi yang hamil lebih baiknya tetap diberi kesempatan untuk mengikuti ujian nasional karena proses belajar mengajar masih tetap menjadi hak siswi yang hamil dan belum ada ketentuan dalam undang-undang. Salah satu hak yang mereka punya adalah menempuh ujian. Hak ini dapat diperoleh setelah mereka memenuhi segala kewajiban sebagai persyaratan untuk memperoleh hak tersebut karena siswi yang hamil juga telah memenuhi kewajiban sebagai syarat untuk mendapatkan haknya guna mengikuti ujian nasional. Dalam Undang-Undang No 39 Tahun 1999 Tentang HAM dalam pasal 11 dan 12 dinyatakan bahwa setiap orang berhak untuk mengembangkan dan mencerdaskan dirinya guna peningkatkan kualitas hidupnya. Mengikuti pendidikan, kemudian menjalani ujian adalah salah satu bagian dari serangkaian upaya seseorang untuk memperbaiki kualitas hidupnya. Sehubungan dengan hal ini, larangan siswi hamil mengikut ujian menyebabkan dia kehilangan hak sebagaimana disebutkan di atas. Selama proses kehamilan tanpa suami siswi dan keluarga telah mengalami pukulan yang sangat berat, apalagi harus ditambah hukuman untuk tidak boleh ikut ujian. Memang hamil di luar nikah merupakan suatu aib yang juga akan mencemarkan nama baik sekolah, namun aib tidak bertambah jika para Ibu tidak mengaborsi anaknya dan tidak ditelantarkan tanpa pendidikan. Usia mereka masih muda, perlu keterampilan dan ijazah agar dapat menafkahi anaknya.  Mungkin pihak sekolah dapat memberi ruang khusus bagi siswi hamil untuk mengerjakan ujian yang terpisah dari teman-temannya yang lain.
Dalam menangani kasus tersebut peran konselor tidak hanya memanggil orang tua/wali siswa yang bersangkutan dan siswi dinyatakan dikembalikan kepada orang tua atau dikeluarkan dari sekolah. Jika tanpa intervensi Bimbingan dan Konseling, maka sangat mungkin siswa yang bersangkutan akan meninggalkan sekolah dengan dihinggapi masalah-masalah baru yang justru semakin memperparah keadaan. Tetapi dengan penanganan yang tepat dari konselor diharapkan siswi yang bersangkutan bisa tumbuh perasaan dan pemikiran positif atas masalah yang menimpa dirinya, misalnya secara sadar menerima resiko yang terjadi, keinginan untuk tidak berusaha menggugurkan kandungan yang dapat membahayakan dirinya maupun janin yang dikandungnya, keinginan untuk melanjutkan sekolah, serta hal-hal positif lainnya. Begitu juga dengan orang tua siswi diberikan pengertian secara mendalam agar tidak membenci anaknya dan melakukan tindakan yang membahayakan anak dan janinnya.
Upaya-upaya yang bisa dilakukan konselor dalam menangani kasus siswi yang hamil adalah sebagai berikut :
1.Upaya Preventif:
Upaya preventif yang perlu dilakukan oleh konselor yaitu bisa dengan memanfaatkan layanan informasi dengan memberikan tema-tema tertentu seperti pemberian informasi mengenai pergaulan dan pacaran yang sehat, informasi tentang risiko melakukan seks pranikah, menunjukkan bagaimana belajar bersikap tegas atau asertif dan melindungi diri pada remaja putri dan informasi tentang konsep kesetaraan gender. Dengan pemberian informasi dengan tema-tema seperti itu diharapkan siswa-siswi lebih bisa memahami mana yang baik dan mana yang buruk bagi kehidupannya sehingga tidak akan terjadi kasus serupa.
 2.Upaya Kuratif :
Apabila sudah terjadi kasus siswi hamil di luar nikah maka konselor bisa memanfaatkan layanan bimbingan konseling sebagai berikut:
Ø  Konseling Individu
Dalam hal ini guru BK memanggil siswi yang bersangkutan untuk melakukan konseling. Dalam proses konseling, konselor tidak dibenarkan untuk menyalahkan apa yang telah terjadi pada diri siswi tersebut tetapi konselor menyadarkan dan membimbing siswi yang telah berbuat kesalahan agar dapat berubah menjadi lebih baik lagi. Disitulah jelas terlihat komitmen dari konselor sekolah untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi peserta didik. Dalam proses konseling, konselor juga berusaha membangkitkan rasa percaya diri siswi dan membantu dia untuk mencapai makna hidup dengan harapan selanjutnya dia dapat menjalani kehidupan dengan baik.
Ø  Konferensi Kasus
Kasus tersebut perlu diadakan konferensi kasus, dimana proses penyelesaian dan pengambilan keputusan dilakukan secara bersama-sama yang menghadirkan siswa yang bersangkutan, guru, kepala sekolah, dan orang tua siswa.
Ø  Home Visit
Konselor perlu melakukan kunjungan rumah dan menginformasikan masalah yang sedang dihadapi oleh anaknya. Konselor memberikan pemahaman lebih mendalam kepada orang tua siswi sehingga bisa menerima keadaan anaknya.

3. Upaya Pengembangan
Ø  Mengikutsertakan siswa pada acara ESQ
Diharapkan dengan mengikuti acara ini siswa nantinya lebih bisa menyadari kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan sehingga kehidupan dia selanjutnya bisa lebih baik lagi dan bermanfaat bagi orang lain.
Ø  Memberikan sms motivasi
Siswi yang mengalami masalah seperti itu akan merasa tertekan. Agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan konselor bisa mengirim sms motivasi agar dia bisa lebih tegar dan merasa bahwa masih ada orang lain yang mendukung dan bersama dia.
Ø  Memberikan keterampilan-keterampilan
Konselor bisa memberikan keterampilan-keterampilan khusus kepada siswi yang hamil agar nantinya bisa mendapat pekerjaan yang layak bagi hidupnya.









Layanan Bimbingan Konseling


JENIS LAYANAN BIMBINGAN KONSELING

Dalam rangka pencapaian tujuan Bimbingan dan Konseling di sekolah, terdapat beberapa jenis layanan yang diberikan kepada siswa, diantaranya:

1.Layanan Orientasi; layanan yang memungkinan peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu, sekurang-kurangnya diberikan dua kali dalam satu tahun yaitu pada setiap awal semester.
Tujuan layanan orientasi adalah agar peserta didik dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru secara tepat dan memadai, yang berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.

2.Layanan Informasi; layanan yang memungkinan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti : informasi belajar, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan). Tujuan layanan informasi adalah membantu peserta didik agar dapat mengambil keputusan secara tepat tentang sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar maupun karier berdasarkan informasi yang diperolehnya yang memadai.
Layanan informasi pun berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.

3.Layanan Konten; layanan yang memungkinan peserta didik mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam penguasaan kompetensi yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Layanan pembelajaran berfungsi untuk pengembangan.

4.Layanan Penempatan dan Penyaluran; layanan yang memungkinan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ekstra kurikuler, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan segenap bakat, minat dan segenap potensi lainnya.Layanan Penempatan dan Penyaluran berfungsi untuk pengembangan.

5.Layanan Konseling Perorangan; layanan yang memungkinan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) untuk mengentaskan permasalahan yang dihadapinya dan perkembangan dirinya.Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar peserta didik dapat mengentaskan masalah yang dihadapinya.Layanan Konseling Perorangan berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.

6.Layanan Bimbingan Kelompok; layanan yang memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untukpengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok.
Layanan Bimbingan Kelompok berfungsi untuk pemahaman dan Pengembangan.


7.Layanan Konseling Kelompok; layanan yang memungkinan peserta didik (masing-masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok.Layanan Konseling Kelompok berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.

8.Layanan Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.

9.Layanan Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antarmereka.


Sikap Asertif


Karakteristik Asertifitas
Ø  Menurut Myers dan Myers (1992) karakteristik orang-orang asertif, adalah :
a. Mereka merasa bebas untuk mengekspresikan diri mereka, untuk
mengungkapkan perasaan mereka
b. Mereka dapat berkomunikasi dengan orang lain dalam segala tingkatan –
orang asing, keluarga dan teman-teman – dan komunikasi mereka terbuka,
langsung, jujur, dan tepat untuk situasi tersebut
c. Mereka memiliki orientasi yang positif dan aktif terhadap hidup, mereka
bertanggung jawab atas situasi-situasi dan kejadian-kejadian, dan mencari
pengalaman baru.
d. Mereka bertindak dalam cara yang menunjukkan bahwa mereka menghormati
diri mereka, mereka menerima keterbatasan tingkah laku mereka tetapi tetap
berusaha untuk mendapatkan keinginan-keinginan atau cita-cita mereka.

Ø  Menurut Adams (Daud, 2004) ciri-ciri orang yang asertif adalah:
a. Bergaul dengan jujur dan langsung
b. Mampu menyatakan perasaan, pikiran, kebutuhan, ide, dan mempertahankan
hak mereka dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak melanggar hak dan
kebutuhan orang lain
c. Otentik, apa adanya, terbuka, dan langsung
d. Mengambil inisiatif demi memenuhi kebutuhan
e. Mampu bertindak demi kepentingannya sendiri
f. Meminta informasi dan bantuan dari orang lain bilamana membutuhkannya
g. Apabila berkonflik dengan orang lain, bersedia mencari penyelesaian yang
memuaskan kedua pihak

Rabu, 25 April 2012

MODEL-MODEL KONSEPTUALISASI MASALAH

1. Model Konseptualisasi Masalah dari Swensen
Model konseptual masalah dari Swensen merupakan model awal dalam bidang asesmen masalah. Secara teoretik, dalam mengembangkan modelnya itu Swensen diilhami oleh pemikiran Lewin (1951) dan Pascal (1959). Model konseptualisasi Swensen didasarkan pada formula berikut :
Perilaku bermasalah; hasil atau akibat yang tidak diinginkan = fungsi dari derajat stres perilaku, kebiasaan, pertahanan ego maladaptive di banding dengan dukungan, kekuatan dan kebiasaan dan pertahanan adaptif.
2. Model Konseptualisasi Masalah dari Seay
Model konseptualisasi masalah dari Seay (1978) mengintegrasikan teknik konseling dan isi tematik. Model ini didasarkan pada tema hidup utama (dan gaya hidup) yang ditarik dari tiga modalitas utama fungsi manusia yaitu: kognisi (pikiran), afeksi (perasaan, emosi), dan perilaku (tindakan, kinerja), yang diberi akronim “CAB.”
3. Model Konseptualisasi Masalah dari Lazarus
Lazarus (1976, 1981) menyatakan adanya tujuh modalitas yang dapat dijadikan sebagai fokus asesmen masalah klien. Ketujuh modalitas tersebut dinyatakan dalam akronim “BASIC ID” dan terdiri atas: perilaku (behavior), emosi (affect), sensasi (sensation), imajeri (imagery), kognisi (cognition), relasi interpersonal (interpersonal), dan tampila fisik (drug). Setiap modalitas tersebut berinteraksi satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan.
4. Model Konseptualisasi Masalah dari ABC
Konseptualisasi perilaku ABC adalah suatu pendekatan untuk mengidentifikasi hubungan antara perilaku bermasalah dan peristiwa lingkungan. ABC adalah akronim dari Antecedent (anteseden) atau pristiwa-peristiwa yang mendahului atau ada sebelum perilaku, Behavior (perilaku), dan Consequences (konsekuensi) atau peristiwa-peristiwa yang mengikuti perilaku dan berpotensi mempertahankannya

Anak Autisme dan Anak Hiperaktif

Perbedaan Autisme dan Hiperaktif


1. Aktivitas & Kemampuan Berkonsentrasinya
Anak autisme cenderung kurang mampu berkonsentrasi dan sangat sukar diarahkan untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Aktivitas yang dilakukan lebih berdasar karena dorongan kemauan dari dalam dirinya. Aktivitas bermainnya biasanya cenderung monoton dan bersifat pasif, tidak mampu bermain interaktif dan imaginatif dengan teman bermainnya, seperti main dagang-dagangan, perang-perangan, pura-pura jadi guru, dokter dsb. Mereka juga sangat sukar berganti mainan, cenderung memainkan mainan dan permainan yang sama sendirian, diulang-ulang, rutin dan bersifat stereotipik.
Sementara anak hiperaktif konsentrasinya memang terbatas juga dan sangat mudah sekali teralih perhatiannya pada aktivitas lain yang lebih baru, namun lebih mudah untuk diarahkan melakukan suatu tugas sederhana meskipun sering tidak selesai. Aktivitasnya yang seperti didorong mesin memang menjadi ciri paling khas dari hiperaktif, seperti tidak mengenal rasa lelah, cenderung tidak dipikir dan sering impulsif seperti tidak sabaran segalanya mau serba cepat, tidak mau menunggu giliran dan semua keinginannya harus diikuti. Mereka justru sangat mudah bosan dan selalu ingin berganti-ganti mainan, serta masih mampu bermain interaktif dan imaginative.

2. Aspek Sosial & Emosinya
Anak dengan gejala autisme, minat bersosialisasinya sangat rendah. Mereka lebih asyik untuk bermain sendiri dan tidak peduli dengan lingkungan sosialnya. Biasanya justru terganggu apabila ada intervensi dari lingkungannya dan cenderung menghindari kontak mata, merasa tidak nyaman apabila disentuh dan dipeluk. Respons emosinya sering tidak terduga, kadangkadang cuwek tetapi bisa suatu saat respons emosinya terlalu berlebihan dan biasanya kalau sudah marah sangat sukar untuk diredakan, bahkan ada beberapa anak yang tahan menangis berjam-jam.
Sementara minat untuk bersosialisasi yang ditunjukkan anak yang hiperaktif masih normal, tetapi karena impulsivitas dan agresivitasnya mereka sering jadi ‘troublemaker’ sehingga sering dihindari dan dijauhi teman-teman bermainnya. Kontak mata kadang-kadang masih dilakukan, masih mau disentuh, masih menyukai pelukan. Emosinya cenderungmeledak-ledak, tetapi masih lebih mudah untuk diredakan dengan bujuk rayuan.

3. Komunikasi, Pervasi & Perilakunya
Anak autis sering tidak memahami perintah dan tidak mampu melakukan komunikasi secara aktif. Kata-kata yang diucapkannya terdengar aneh dan mereka sering memakai istilah-istilah yang tidak lazim digunakan. Salah satu ciri khas anak autis adalah rendahnya kemampuan menunjukkan kemauan/pervasif. Jadi anak mungkin lapar tapi tidak ada keinginan untuk minta makan, mau kencing juga tidak mampu memberikan isyarat, tidak menunjukkan rasa takut maupun bagaimana mengekspresikan rasa senang atau rasa sayang kepada orang lain mereka sering tidak mampu. Perilaku yang mereka tunjukkan seringkali aneh dan berlebihan, cenderung menunjukkan perilaku stereotipik seperti tertawa sendiri tapi bukan dalam situasi senang, bertepuk tangan, berjalan jinjit-jinjit, melompat-lompat yang dilakukan tanpa tujuan dan rentang waktu yang cukup lama.
Sementara anak hiperaktif kebanyakan juga menderita kelambatan bicara. Ini tidak mengherankan karena kemampuan berbahasa membutuhkan konsentrasi. Namun mereka masih mampu menunjukkan kemauan/pervasi meskipun dengan bahasa nonverbal, misalnya mereka ingin minum, mungkin tangan kita akan ditariknya dan dengan isyarat menunjuk tempat minum sambil berbicara ‘ah ah uh’ sebagai usaha menjelaskan apa yang diinginkannya. Perilaku yang ditunjukkan lebih diwarnai impulsivitas berupa ketidaksabaran, pemaksaan kehendak maupun rendahnya kontrol diri, keterlambatan banyak berkaitan dengan koordinasi motorik halus, berkonsentrasi maupun berbahasa.

Rabu, 04 April 2012

TIPS AGAR PD

  • BERDIRI TEGAK, Langkah pertama yang bisa kamu lakukan adalah merubah penampilan, berdirilah yang tegak, busungkan dada dan coba tampillah sempurna.
  • BERSIKAP ASERTIF, Mulai sekarang cobalah merubah sikap, jadilah orang yang tahu kapan harus berkata tidak dan kapan berkata ya.
  • OBYEKTIF MENILAI DIRI SENDIRI. No body's perfect, nggak ada orang lain di dunia ini yang sempurna, dan nggak ada juga orang di dunia ini yang benar² nggak berguna.
  • BUANG RASA TAKUT. Cara mudah untuk berani menghadapi oarang lain adalah menatap mata lawan bicara kita, tapi jangan memandanginya.
  • SEDIKIT BASA BASI. Cobalah untuk bersikap basa basi, Tidak semuanya basa-basi itu jelek kok, untuk meningkatkan rasa percaya diri kemu boleh juga mencobanya.
  • BICARALAH YANG LUGAS. salah satu ciri orang yang kurang pede adalah tidak bicara secara lugas, selalu muter². Dan biasanya terlalu banyak berkata, eeeeeeeeeeeeeeeeeeeee, anu dan yang sejenisnya, misalnya. " saya akan eeeee, anu, saya kan anu......".
SELAMAT MENCOBA. JUST TOBE YOUR SELF!

Karakteristik anak berbakat


Karakteristik Anak Berbakat
  1. Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak lazim, pikiran-pikiran kreatif.
  2. Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi suatu konsep yang utuh.
  3. Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi.
  4. Mampu menggeneralisir suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang sederhana dan mudah dipahami.
  5. Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah.
  6. Menunjukkan daya imajinasi yang luar biasa.
  7. Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu mengartikulasikannya dengan baik.
  8. Biasanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata.
  9. Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan.
  10. Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat.