Perbedaan Autisme dan Hiperaktif
Oktober 29, 2009 oleh mataairnurani
1. Aktivitas & Kemampuan Berkonsentrasinya
Anak
autisme cenderung kurang mampu berkonsentrasi dan sangat sukar
diarahkan untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Aktivitas yang dilakukan
lebih berdasar karena dorongan kemauan dari dalam dirinya. Aktivitas
bermainnya biasanya cenderung monoton dan bersifat pasif, tidak mampu
bermain interaktif dan imaginatif dengan teman bermainnya, seperti main
dagang-dagangan, perang-perangan, pura-pura jadi guru, dokter dsb.
Mereka juga sangat sukar berganti mainan, cenderung memainkan mainan dan
permainan yang sama sendirian, diulang-ulang, rutin dan bersifat
stereotipik.
Sementara
anak hiperaktif konsentrasinya memang terbatas juga dan sangat mudah
sekali teralih perhatiannya pada aktivitas lain yang lebih baru, namun
lebih mudah untuk diarahkan melakukan suatu tugas sederhana meskipun
sering tidak selesai. Aktivitasnya yang seperti didorong mesin memang
menjadi ciri paling khas dari hiperaktif, seperti tidak mengenal rasa
lelah, cenderung tidak dipikir dan sering impulsif seperti tidak sabaran
segalanya mau serba cepat, tidak mau menunggu giliran dan semua
keinginannya harus diikuti. Mereka justru sangat mudah bosan dan selalu
ingin berganti-ganti mainan, serta masih mampu bermain interaktif dan
imaginative.
2. Aspek Sosial & Emosinya
Anak dengan gejala autisme, minat bersosialisasinya sangat rendah.
Mereka lebih asyik untuk bermain sendiri dan tidak peduli dengan
lingkungan sosialnya. Biasanya justru terganggu apabila ada intervensi
dari lingkungannya dan cenderung menghindari kontak mata, merasa tidak
nyaman apabila disentuh dan dipeluk. Respons emosinya sering tidak
terduga, kadangkadang cuwek tetapi bisa suatu saat respons emosinya
terlalu berlebihan dan biasanya kalau sudah marah sangat sukar untuk
diredakan, bahkan ada beberapa anak yang tahan menangis berjam-jam.
Sementara
minat untuk bersosialisasi yang ditunjukkan anak yang hiperaktif masih
normal, tetapi karena impulsivitas dan agresivitasnya mereka sering jadi
‘troublemaker’ sehingga sering dihindari dan dijauhi teman-teman
bermainnya. Kontak mata kadang-kadang masih dilakukan, masih mau
disentuh, masih menyukai pelukan. Emosinya cenderungmeledak-ledak,
tetapi masih lebih mudah untuk diredakan dengan bujuk rayuan.
3. Komunikasi, Pervasi & Perilakunya
Anak
autis sering tidak memahami perintah dan tidak mampu melakukan
komunikasi secara aktif. Kata-kata yang diucapkannya terdengar aneh dan
mereka sering memakai istilah-istilah yang tidak lazim digunakan. Salah
satu ciri khas anak autis adalah rendahnya kemampuan menunjukkan
kemauan/pervasif. Jadi anak mungkin lapar tapi tidak ada keinginan untuk
minta makan, mau kencing juga tidak mampu memberikan isyarat, tidak
menunjukkan rasa takut maupun bagaimana mengekspresikan rasa senang atau
rasa sayang kepada orang lain mereka sering tidak mampu. Perilaku yang
mereka tunjukkan seringkali aneh dan berlebihan, cenderung menunjukkan
perilaku stereotipik seperti tertawa sendiri tapi bukan dalam situasi
senang, bertepuk tangan, berjalan jinjit-jinjit, melompat-lompat yang
dilakukan tanpa tujuan dan rentang waktu yang cukup lama.
Sementara
anak hiperaktif kebanyakan juga menderita kelambatan bicara. Ini tidak
mengherankan karena kemampuan berbahasa membutuhkan konsentrasi. Namun
mereka masih mampu menunjukkan kemauan/pervasi meskipun dengan bahasa
nonverbal, misalnya mereka ingin minum, mungkin tangan kita akan
ditariknya dan dengan isyarat menunjuk tempat minum sambil berbicara ‘ah
ah uh’ sebagai usaha menjelaskan apa yang diinginkannya. Perilaku yang
ditunjukkan lebih diwarnai impulsivitas berupa ketidaksabaran, pemaksaan
kehendak maupun rendahnya kontrol diri, keterlambatan banyak berkaitan
dengan koordinasi motorik halus, berkonsentrasi maupun berbahasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar